Pengalaman Bekerja Dengan Orang Jepang (Oleh Aida)


Berbicara tentang negara Jepang, banyak dari kita yang akan langsung mengingat kartun Doraemon, Naruto, bunga Sakura, Harajuku style dan lain-lain. Film-film kartun masa kecil yang sangat terkenal, dan keunikan ikon Jepang (Sakura) itu membuat banyak dari kita sangat kagum. Kekhasan ini membuat Jepang menjadi salah satu negara yang sangat populer di Dunia. Tidak terkecuali di Dili. Saya kurang tau apakah ada banyak anak muda yang suka dengan budaya Jepang. Tapi yang saya tau, Jepang dikenal di Timor-Leste sebagai negara sahabat yang sangat tulus membantu pembangunan kita dari dulu hingga sekarang. Secara spesifik, orang Jepang dikenal pintar dalam hal civil engineering, seperti membangun jalan, jembatan, pelabuhan, bandara dan lainnya.  

Saya ingin bercerita sedikit mengenai pengalaman saya bekerja dengan orang Jepang. Saya tau kalo jaman sekarang, orang bisa belajar mengenai apa saja lewat internet. Jadi mungkin, pengalaman yang akan saya ceritakan bukan lagi hal yang wao bagi teman-teman. Tapi dalam konteks pengalaman pribadi, saya ingin berbagi, siapa tau ada manfaat yang anda bisa ambil dari pengalaman saya ini. Yang paling penting adalah, bagaimana kita bisa belajar hal-hal positif dari orang Jepang buat diri kita, masyarakat kita, dan juga negara kita, Timor-Leste. 

Yuk, kita langsung saja ke ceritanya. 



Pertama, orang Jepang Gila Kerja
Pada umumnya, orang Jepang adalah tipe orang penggila kerja (entah mereka cinta dengan pekerjaan mereka atau sebaliknya, mereka dibudaki oleh pekerjaan itu sendiri.. entah-lah). Mereka betah untuk tetap dikantor sampai berlarut malam hanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang mungkin bagi kita, ahh,, pekerjaan ini dapat saya selesaikan besok, namun tidak bagi mereka. Disini saya bertanya-tanya, apakah mereka tidak mempunyai kehidupan lain selain bekerja? Dan kadang saya melihat mereka sanggup melewatkan jam makan (entah makan siang atau makan malam) mereka dengan duduk manis di depan komputer tanpa merasakan lapar sekalipun. Dan kadang kita juga dibuat untuk bekerja dibawah tekanan. Salah satu contoh kecilnya terjadi pada saya, ketika jam kantor selesai, saya tidak dapat langsung begitu saja meninggalkan meja saya dan berlenggak pulang dengan riang selama atasan saya masih berada didalam ruangannya (kesel, pengen nangis itu yang saya rasakan). Saya diharuskn bertanya kepada-nya, ‘’ Apakah saya sudah bisa pulang, Sir?’’ kalau dia meng-iya-kan, maka dengan riang kaki ini melangkah dengan cepat meninggalkan kantor (sebelum si Sir ini berubah pikiran), namun, jika dia mengatakan, ‘’ Oh, saya masih membutuhkan kamu, jadi jangan pulang dulu’’ (oh com’on). Dan ini berlaku bagi saya setiap hari. 

Berbeda dengan sistem yang dianut orang Timor-Leste, begitu jam kantor selesai anda langsung pulang tanpa harus izin kepada atasan anda, kecuali anda lembur. Dan anda-pun boleh meninggalkan kantor sebelum jam kantor itu usai  (super sekali…hahahaa) 

Kedua, budaya Orang Jepang Berbeda 180˚

Saya benar-benar menyadari perbedaan budaya itu diminggu pertama saya bekerja. Saya kurang begitu paham mengenai budaya orang Jepang dalam memberikan ‘’salam’’ (seperti: Ohayou Gozimasu) dengan cara membungkuk. Ini sedikit berbeda dengan negara Timor-Leste, anda tidak perlu bersusah payah memberikan salam kepada atasan anda dengan cara membungkuk. Dan, cara orang Jepang dalam memberikan salam dengan membungkuk-pun sedikit berbeda terhadap atasan yang tingkatan-nya lebih tinggi, anda harus benar-benar membungkuk disini (bener-bener dah). Ini menunjukan rasa hormat kita terhadap mereka. Awalnya saya hanya sekilas membungkuk dan menganggap ini hal yang biasa, namun tidak bagi atasan saya. Selang beberapa minggu dia memanggil saya ke ruangannya dan mengajari saya tentang adat istiadat, budaya, dan hal-hal yang berhubungan dengan Jepang dan lambat-laun meskipun saya merasa sedikit aneh pada awalnya (hahahahaa), namun saya bisa membiasakan diri dengan budaya mereka hingga sekarang.



Ketiga, tidak ada kata TIDAK dalam kamus orang Jepang

Yah, tidak ada kata TIDAK ketika anda bekerja dengan orang Jepang. Itu yang saya dan mungkin bagi anda yang pernah bekerja dengan mereka bisa merasakannya. Segala pekerjaan seperti apapun yang mereka perintahkan harus anda terima dan katakan YES,SIR atau YES, MA’AM,  meskipun anda tahu, kadang apa yang mereka perintahkan kurang masuk akal (tidak semuanya sih, namun ada sebagian yang menurut saya begitu..hahahaaaa). Bahkan hal sederhana dapat menjadi sulit ketika anda deal dengan orang Jepang. Saking sistematisnya, mereka tidak akan mengambil jalan potong (percaya deh) dalam mempermudah pekerjaan mereka, walaupun hal itu dapat menghemat waktu mereka.

Sangat berbeda dengan Timor-Leste, suka memotong jalan dan tidak sitematis pula (hahahahahaha).

Dan sebenarnya, masih banyak surprise-surprise lainnya lagi yang akan anda dapatkan ketika bekerja dengan orang Jepang dan akan memberikan anda (sedikit) serangan jantung ringan,hahahahaha. Saran saya sih, anda harus memiliki mental baja ketika bekerja dengan mereka. Karena mereka malas tahu, anda dibayar, jadi anda harus melakukan apapun bentuk pekerjaan itu. Seperti kata salah satu teman saya yang mengatakan, ‘’ kita ini seperti robot-nya mereka, hahahaa ‘’.

Namun dari semuanya itu, ada hal-hal yang saya pelajari dari mereka dan patut dicontoh oleh kita seperti, mereka sangat menghargai waktu; mereka menghargai proses bukan hasilnya; mempunyai loyalitas yang tinggi; suka membaca; jika mereka bepergian ke negara mereka, mereka tidak akan pernah lupa untuk membawakan sesuatu untuk anda yang berciri-khas-kan negara mereka (omiyage) dan tentunya, mereka tidak pernah telat dalam membayar gaji karyawannya (itu yang saya suka, hahahaha). Saya pikir masih banyak hal-hal baik lainnya yang bisa kita petik ketika bekerja dengan mereka. Mungkin bisa anda tambahkan sendiri.

Semoga cerita saya ini bisa menginsiprasi anda.